Saturday, December 9, 2006

Tragedi Turki

Bagaimana dengan kasus Turki? Turki sangat paethetic sesungguhnya. Lantaran terlalu dekat dengan Islam (walaupun sudah direvolusi habis-habisan sejak jamannya Kemal Attaruk), Turki sulit untuk bergabung dengan EU.

Turki, menurut Samuel Huntington dalam bukunya Clash of Civilization termasuk ke dalam negara yang terbelah. Terbelah dalam arti, secara geografis Turki setengahnya berada dalam zona Timur Tengah (yang notabene di huni komunitas Islam), dan setengah lagi masuk dalam zona Eropa (makanya kita dapat menyaksikan Turki di Piala Eropa).

Namun, bukan masalah geografi saja sebenarnya. Sejarah Turki sangat kental dan sangat dekat dengan Islam. Orang Islam belajar tentang pemerintahan Turki Utsmani yang hebat dan mencaplok banyak daerah Eropa. Sejarah yang dipandang getir oleh banyak orang Eropa.

Turki berbenah. Sejarah Turki bahkan dihapus (walau sulit untuk menghapus akar bangsa Turki), dan dibuat seolah-oleh Turki memang bagian dari Eropa. Sejak dulu.

Pemerintahan dibersihkan dari unsur Islam. Sekulerisme ala Eropa diimplementasikan. Turki bersiap untuk menjadi bangsa Eropa. Menjadi bangsa Barat.

Turki tampaknya sangat mengerti untuk mencapai kemajuan yang mereka harapkan, mereka harus menempel pada pusat dunia, bangsa barat. Dengan tergabung dalam EU, berarti Turki juga tergabung dalam pasar EU, dan berhak menggunakan mata uang Euro. Masalah pengangguran di Turki mungkin menjadi sedikit teratasi, karena dengan demikian mudah bagi Turki mengirim tenaga kerja ke negara EU yg lain tanpa visa kerja.

Setidaknya demikian pikir mereka. Namun, nasi telah menjadi bubur. Memasuki EU Turki kesulitan, mundur pun malu dengan negara-negara muslim tetangga. Namun, tentu saja, Amerika Serikat punya kepentingan dalam masalah ini.

Setiap usaha negara yang ingin mendukung demokrasi (baca: memiliki pemerintahan sekuler) sangat didukung oleh Amerika. Keuntungannya:
1. Amerika dapat mengurangi kegiatan Islam Ekstrimis di negara pendukung demokrasi, karena Islam Ekstrimis akan ditekan oleh pemerintah negara asalnya.
2. Demokrasi merupakan syarat dasar ekonomi pasar (baca: liberalisasi ekonomi), karena dengan demikian milik pribadi dijamin keberadaanya oleh pemerintah (jaminan tidak adanya nasionalisasi).
3. Dan, tentu saja negara penganut demokrasi artinya ikut mendukung agenda pemerintah Amerika (untuk saat ini agenda memerangi terorisme).

Setidaknya itu yang terlihat saat Amerika mendukung Turki (ada perlu apa Amerika mendukung Turki untuk masuk EU yang jelas-jelas Amerika juga bukan salah satu anggotanya?). Tragedi Turki. Maju kena, mundur kena.

No comments: